Teori Atribusi oleh Fritz Heider
Fathan Mubina (1910862034)
Hai, apakabar? Aku harap kamu baik-baik aja. Aku mau nanya nih, pernahkah kamu merasa ada yang berubah dari teman dekat mu ketika bertemu dengan mereka? atau adakah teman lawan jenis mu yang bertingkah aneh setiap kamu meliriknya?
Kalau pernah, jangan khawatir. Karena hal-hal tersebut akan dibahas secara teoritis dalam postingan kali ini. Sebagai tugas mata kuliah Komunikasi Interpersonal 2019, saya akan membahas tentang teori komunikasi interpersonal yaitu Teori Atribusi (Attribution Theory) yang berhubungan dengan pertanyaan tadi. Semoga dengan adanya postingan ini dapat menambah wawasan kita semua.
Fritz Heider (1896-1988)
sumber: google images
Teori atribusi digagas oleh Fritz Haider.
Teori ini memberikan suatu gambaran untuk memahami bagaimana individu
menafsirkan perilakunya sendiri dan orang lain. Penafsiran yang dimunculkan
terkait bagaimana individu menjelaskan penyebab perilaku dirinya sendiri atau
orang lain yang ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal
berupa sifat, karakter, sikap, dll. Faktor eksternal misalnya tekanan situasi
atau keadaan tertentu yang berpengaruh terhadap perilaku individu.
Teori ini bermula dengan ide bahwa setiap
individu berusaha untuk memahami perilaku mereka sendiri dan orang lain dengan
melakukan pengamatan terkait bagaimana setiap individu berlaku. Sebagai pelaku
komunikasi, manusia berpikir logis terkait alasan atas perilaku mereka, dan
terkadang manusia ingin bisa menjelaskan alasan di balik perilaku orang lain.
Teori ini berhubungan dengan cara individu menyimpulkan hal yang menyebabkan
perilaku tersebut (perilaku diri sendiri dan perilaku orang lain) (Littlejohn,
1999:102).
Fritz Heider sebagai penemu teori atribusi
menyampaikan beberapa atibusi kausal yang biasa dibuat setiap orang. Semua ini
mencakup penyebab situasional (dipengaruhi lingkungan), pengaruh pribadi,
kemampuan, usaha, hasrat, perasaan, keterlibatan, kewajiban, dan perizinan. Di
beberapa kesempatan individu berkata kepada orang lain dan kemudian bertanya
kepada diri sendiri, “apa alasan saya melakukan itu?” Kemungkinan jawaban yang
muncul dari diri sendiri terdengar seperti ini: “ Saya tidak bisa mencegahnya;
saya harus mengatakannya,” atau “saya ingin melakukannya,” atau “saya wajib
melakukannya.”
Stephen Littlejohn dalam Theories of Human Communication (1999) berpendapat bahwa mustahil
untuk menemukan satu per satu hubungan antara pernyataan dan penjelasan
mengenai hal tersebut. Mungkin individu akan menjelaskan alasannya mengatakan
sesuatu dengan berbagai cara. Teori atribusi membantu individu mengatasi
ambiguitas terhadap penyebab suatu perilaku.
Sebagai contoh, seorang temanku bernama Andre merupakan
pengawas pada sebuah perusahaan kecil. Andre melihat adanya perubahan perilaku pada salah
satu karyawannya yang terlihat lebih rajin dari sebelumnya. Andre ingin
mengetahui penyebabnya. Andre mungkin mengira bahwa karyawan tersebut memiliki
pekerjaan yang menumpuk, mengharapkan kenaikan gaji, atau sedang mencari muka.
Secara alami, mungkin Andre akan menggunakan konteks ini untuk membantunya
menentukan penyebab dari perilaku karyawannya.
Nah, begitulah pembahasan singkat tentang teori atribusi oleh Fritz Heider. Semoga postingan ini dapat membantu kamu untuk lebih memahami perilaku kamu sendiri maupun teman-temanmu. Jika ada tanggapan, jangan sungkan untuk menyampaikannya di kolom komentar. Terimakasih!
Sumber:
Littlejohn. (1999). Theories of Human Communication, Belmont. California: Wardsworth Publishing Company.
Littlejohn. (1999). Theories of Human Communication, Belmont. California: Wardsworth Publishing Company.
Komentar
Posting Komentar